Aku Rindu

Rinduku sudah tak terbendung, menguap dan menggelembung bagai lava yang hendak dimuntahkan sang gunung, menyeruak dan menghentak-hentak disetiap harapan yang ku gantungkan.
Sedang apakah engkau disana wahai sang pembentuk jalan dan jiwaku...
aku dahaga akan belaian dan kasih sayangmu...
aku lapar dengan siraman-siraman nasehatmu...
Halusnya tanganmu yang membelai kepalaku sewaktu aku hendak mengepakan sayapku untuk melihat luasnya dunia masih sangat kurasakan.
percikan air matamu adalah do'a yang menggiringku dalam menerawang dan mengangkasa.
Ibu... aku merindukanmu

Ibu, kenapa engkau menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. “Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?”Sang ayah menjawab, “Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan”. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.”Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, danmengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkanperasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan”.

Jangan sia-siakan beliau ketika masih hidup, santuni dan sayangilah beliau seperti halnya beliau menyayangi kita lebih dari apapun.

Lahirnya Jiwa yang Fitrah

Allahu akbar 3 x lailahailallahu allahu akbar, allahu akbar walilahilhamd...

Subhanallah walhamdulillah tak terasa Syiam Romadhon sebentar lagi akan pergi meninggalkan kita. wallahu'alam apakah kita lulus dalam madrosatul romadhon-Nya? inysaAllah mudah-mudahan Allah meridhoi shaum kita dan menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Bulan Syawal sudah siap menyambut digerbangnya, menyambut jiwa-jiwa yang fitrah yang insyaAllah jiwa-jiwa mutaqin. yang senantiasa istiqomah dalam ridhonya bahkan terus meningkatkan kuwalitas kadar iman dan islamnya. subhanallah.

akhirul kalam subhanakallahuma wabihamdika asyhaduanla ilaa haila anta astaghfiruka wa'atubu ilaik. Taqoballahu mina waminkum Minal'aidin wal faidzin. Mohon Maaf lahir dan bathin.

Indahnya Ramadhan

Alhamdulillah "cahaya ramadhan" t'lah hadir menghias indahnya hari dalam untaian kalam ilahi yang senantiasa basahi nurani. Hilang sudah dahaga melanda yang terukir dalam alur-alur kehidupan.

"tarian" ruku - sujud menjadi teman sejati dalam tasyakur dan taqorub ilallah diseluruh negri, tak ketinggalan lantunan ayat-ayat suci al-qur'an lebur dalam tadarus dan tadabur. Subhanallah... tiada seindah bulan ini Yaa Allah, andai setiap bulan seperti ini ya Allah insyaAllah kekafahan Islam seperti masa-masa kejayaannya dahulu akan bangkit kembali.
Ridhoilah kami yaa Allah...

Yaa Allah! Jadikanlah puasaku dan keluargaku sebagai puasa orang-orang yang benar-benar berpuasa. Dan ibadah malam sebagai ibadah orang-orang yang benar-benar melakukan ibadah malam. Dan jagalah kami dan tidurnya orang-orang yang lalai. Hapuskanlah dosaku dan keluargaku ... Wahai Tuhan sekalian alam!! Dan ampunilah.

Yaa Allah! Dekatkanlah aku dan keluargaku kepada kenidloan-MU dan jauhkanlah dari kemurkaan-MU. Berilah kami kemampuan untuk membaca ayat-ayat-MU dengan rahmat-MU, Wahai Robb yang Maha Pengasih dan semua Pengasih!!

Yaa Allah! Berikanlah kekuatan kepadaku dan keluargaku, untuk menegakkan perintah-perintah-MU,dan berilah manisnya bendzikir mengingat-MU. Berilah kami kekuatan untuk menunaikan syukur kepada-MU, dengan kemuliaan- MU. Dan jagalah kami dengan penjagaan-MU dan perlindungan-MU, Wahai dzat Yang Maha Melihat.

Lailaahailallah Muhammadarosuulullah Lahawlawala quwata ilabilahil 'aliyil Adziim

Ada Kerinduan Untukmu Yaa Ramadhan


Subhanallah...

Biasanya kita baru begitu merasakan kehilangan seseorang setalah orang tersebut sudah tidak ada lagi di dekat kita.

Kita semua tahu 'waktu' yang diberikan tidaklah seberapa lama. jika diingat kapan terakhir kita bertemu dengan kawan lama seperti teman SMU atau bahkan waktu di SMP dahulu, wah...terasa sekali bukan bagaimana sang 'waktu' seperti air yang mengalir dari hulu menyisakan gurat-gurat perjalanannya. Serasa baru kemarin kita main basket atau main sepak bola bersamanya tapi kini sudah sama-sama dewasa dan punya kehidupan masing-masing.

Begitulah kira-kira juga dengan "Ramadhan" yang sebentar lagi akan kita jelang dalam beberapa waktu lagi. Bila kita menganggap "Ramadhan" sebagaimana seorang sahabat lama, maka setahun buat kita sudah sangat terlalu lama untuk saling melepas rindu hingga waktunya tiba.

Ada kerinduan, ada harapan, ada banyak rencana yang ingin kita lakukan ketika berjumpa dengan sahabat yang membawa banyak kenangan dalam hidup kita.

Bersama ramadhan, kita punya cinta yang ingin digali, ada alunan kitab suci yang begitu syahdu dibacakan dalam senyap malam, ada malam-malam sunyi yang begitu mudah membuat mata menetes dalam haru dan kerinduan kepada-NYA, ada rasa takut kehilangan karena segera akan jauh lagi darinya (insyaAllah).

Mungkin karena begitulah hakikat waktu. Ia selalu terasa cepat ingin pergi. Selalu saja bergegas pamit justru di saat kita begitu ingin melepaskan kerinduan itu.

Karenanya sebelum segalanya berlalu begitu cepat, di pintu ramadhan kali ini, saya dan segenap keluarga mengucapkan permohonan maaf bila ada kealfaan dan kekhilafan dalam ucapan dan tingkah laku selama ini. Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Mohon keikhlasannya.

Marhaban Yaa Ramadhan

Alhamdulillah... Dia ( Allah swt ) masih memberi kesempatan untukku mengecap indahnya Ramadhan. hari-hari berlalu berganti minggu dan bulan, tak terasa dengan keindahan nikmat yang tiada terkira ini bulan penuh rahmat t'lah ada dipelupuk mata.

S'moga Ramadhan ini lebih baik dari yang lalu dan insyaAllah membawa kedalam keridhoan-Nya.
Ridhoilah kami yaa Allah...

Tiada kata seindah pujian untuk-Mu " Subhanallah Walhamdulillah Wala ilaa hailallahuallah hu akbar"

" MARHABAN YAA SYAHRUS SYIAM "

"MERDEKA"

Berseru, bersenandung dan menari dalam berbagai macam rekayasa pernak-pernik kemenangan ; larut dalam tawa yang mengembang seakan hilang semua penat kehidupan yang sedang dijalani. Oh... indahnya kemerdekaan ?

Ketika berandai menerawang kebelakang saat nyawa adalah taruhan untuk kebebasan bumi pertiwi ; cemas, takut, galau dan segala harapan yang berkecamuk apakah bisa bernafas lega dan tertawa lebar dibumi pertiwiku ini ? hingga munculah jiwa-jiwa patriotisme yang bersumpah akan memperjuangkan kebebasan (red:kemerdekaan) itu sampai tetes darah yang terakhir.

Sudah seperti itukah kita saat ini ?! ah... belum ternyata, bahkan untuk memelihara dan membangunpun hanya sebatas janji dan membohongi.
Kemanakah jiwa-jiwa patriotisme itu ?!

PERJUANGAN BELUM SELESAI BUNG !!!

Hilang


Aku sembunyi...
diantara kabut jalanan
diantara nafas pengharapan
diantara hitam putih perjalanan

Hilang...
Senyuman embun pagiku
Sirna...
kemilau tarian hijau daun

Aku rindu senyummu
sang fajar...
membelaiku dalam selimut pagi
Aku rindu nyanyianmu
hai burung pipit
menina bobokanku dalam semilir angin

Kemanakah kalian berlalu ?
Kemanakah arah kian tak tentu ?

Hilang...
berlalu tanpa bayang
tinggalkanku kini seorang

Ditanganmu Ibu


Ibumu adalah
Ibunda darah dagingmu
Tundukkan mukamu
Bungkukkan badanmu
Raih punggung tangan beliau
Ciumlah dalam-dalam
Hiruplah wewangian cintanya
Dan rasukkan ke dalam kalbumu
Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan

(Emha Ainun Najib)
Siang sudah sampai pada pertengahan. Dan Ibu begitu anggun menjumpai saya di depan pintu. Gegas saya rengkuh punggung tangannya, menciumnya lama. Ternyata rindu padanya tidak bertepuk sebelah tangan. Ibu juga mendaratkan kecupan sayang di ubun-ubun ini, lama. "Alhamdulillah, kamu sudah pulang" itu ucapannya kemudian. Begitu masuk ke dalam rumah, saya mendapati ruangan yang sungguh bersih. Sudah lama tidak pulang.

Ba'da Ashar,
"Nak, tolong angkatin panci, airnya sudah mendidih". Gegas saya angkat pancinya dan dahipun berkerut, panci kecil itu diisi setengahnya. "Ah mungkin hanya untuk membuat beberapa gelas teh saja" pikir saya
"Eh, tolongin bawa ember ini ke depan, Ibu mau menyiram". Sebuah ember putih ukuran sedang telah terisi air, juga setengahnya. Saya memindahkannya ke halaman depan dengan mudahnya. Saya pandangi bunga-bunga peliharaan Ibu. Subur dan terawat. Dari dulu Ibu suka sekali menanam bunga.
"Nak, Ibu baru saja mencuci sarung, peras dulu, abis itu jemur di pagar yah" pinta Ibu.
"Eh, bantuin Ibu potongin daging ayam" sekilas saya memandang Ibu yang tengah bersusah payah memasak. Tumben Ibu begitu banyak meminta bantuan, biasanya beliau anteng dan cekatan dalam segala hal.
Sesosok wanita muda, sedang menyapu ketika saya masuk rumah sepulang dari ziarah. "Neng.." itu sapanya, kepalanya mengangguk ke arah saya. "Bu, siapa itu.?" tanya saya. "Oh itu yang bantu-bantu Ibu sekarang" pendeknya. Dan saya semakin termangu, dari dulu Ibu paling tidak suka mengeluarkan uang untuk mengupah orang lain dalam pekerjaan rumah tangga. Pantesan rumah terlihat lebih bersih dari biasanya.
Dan, semua pertanyaan itu seakan terjawab ketika saya menemaninya tilawah selepas maghrib. Tangan Ibu gemetar memegang penunjuk yang terbuat dari kertas koran yang dipilin kecil, menelusuri tiap huruf al-qur'an. Dan mata ini memandang lekat pada jemarinya. Keriput, urat-uratnya menonjol jelas, bukan itu yang membuat saya tertegun. Tangan itu terus bergetar. Saya berpaling, menyembunyikan bening kristal yang tiba-tiba muncul di kelopak mata. Mungkinkah segala bantuan yang ia minta sejak saya pulang, karena tangannya tak lagi paripurna melakukan banyak hal?
"Dingin" bisik saya, sambil beringsut membenamkan kepala di pangkuannya. Ibu masih terus tilawah, sedang tangan kirinya membelai kepala saya. Saya memeluknya, merengkuh banyak kehangatan yang dilimpahkannya tak berhingga.

Adzan isya berkumandang,
Ibu berdiri di samping saya, bersiap menjadi imam. Tak lama suaranya memenuhi udara mushala kecil rumah. Seperti biasa surat cinta yang dibacanya selalu itu, Ad-Dhuha dan At-Thariq.
Usai shalat, saya menunggunya membaca wirid, dan seperti tadi saya pandangi lagi tangannya yang terus bergetar. "Duh Allah, sayangi Mamah" spontan saya memohon. "Neng." suara ibu membuyarkan lamunan itu, kini tangannya terangsur di depan saya, kebiasaan saat selesai shalat, saya rengkuh tangan berkah itu dan menciumnya.
"Tangan ibu kenapa?" tanya saya pelan. Sebelum menjawab, ibu tersenyum maniss sekali.

"Penyakit orang tua"

"Sekarang tangan ibu hanya mampu melakukan yang ringan-ringan saja, irit tenaga" tambahnya.
Udara semakin dingin. Bintang-bintang di langit kian gemerlap berlatarkan langit biru tak berpenyangga. Saya memandangnya dari teras depan rumah. Ada bulan yang sudah memerak sejak tadi. Malam perlahan beranjak jauh. Dalam hening itu, saya membayangkan senyuman manis Ibu sehabis shalat isya tadi. Apa maksudnya? Dan mengapakah, saya seperti melayang. Telah banyak hal yang dipersembahkan tangannya untuk saya. Tangan yang tak pernah mencubit, sejengkel apapun perasaannya menghadapi kenakalan saya. Tangan yang selalu berangsur ke kepala dan membetulkan letak jilbab ketika saya tergesa pergi sekolah. Tangan yang selalu dan selalu mengelus lembut ketika saya mencari kekuatan di pangkuannya saat hati saya bergemuruh. Tangan yang menengadah ketika memohon kepada Allah untuk setiap ujian yang saya jalani. Tangan yang pernah membuat bunga dari pita-pita berwarna dan menyimpannya di meja belajar saya ketika saya masih kecil yang katanya biar saya lebih semangat belajar.
Sewaktu saya baru memasuki bangku kuliah dan harus tinggal jauh darinya, suratnya selalu saja datang. Tulisan tangannya kadang membuat saya mengerutkan dahi, pasalnya beberapa huruf terlihat sama, huruf n dan m nya mirip sekali. Ibu paling suka menulis surat dengan tulisan sambung. Dalam suratnya, selalu Ibu menyisipkan puisi yang diciptakannya sendiri. Ada sebuah puisinya yang saya sukai. Ibu memang suka menyanjung :

Kau adalah gemerlap bintang di langit malam
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah pendar rembulan di angkasa sana,
Bukan!, kau lebih dari itu,
Kau adalah benderang matahari di tiap waktu,
Bukan!, kau lebih dari itu
Kau adalah Sinopsis semesta
Itu saja.
Tangan ibunda adalah perpanjangan tangan Tuhan. Itu yang saya baca dari sebuah buku. Jika saya renungkan, memang demikian. Tangan seorang ibunda adalah perwujudan banyak hal : Kasih sayang, kesabaran, cinta, ketulusan.. Pernahkah ia pamrih setelah tangannya menyajikan masakan di meja makan untuk sarapan? Pernahkan Ia meminta upah dari tengadah jemari ketika mendoakan anaknya agar diberi Allah banyak kemudahan dalam menapaki hidup? Pernahkah Ia menagih uang atas jerih payah tangannya membereskan tempat tidur kita? Pernahkah ia mengungkap balasan atas semua persembahan tangannya?..Pernahkah..?
Ketika akan meninggalkannya untuk kembali, saya masih merajuknya "Bu, ikutlah ke jakarta, biar dekat dengan anak-anak". "Ah, Allah lebih perkasa di banding kalian, Dia menjaga Ibu dengan baik di sini. Kamu yang seharusnya sering datang, Ibu akan lebih senang" Jawabannya ringan. Tak ada air mata seperti saat-saat dulu melepas saya pergi. Ibu tampak lebih pasrah, menyerahkan semua kepada kehendak Allah. Sebelum pergi, saya merengkuh kembali punggung tangannya, selagi sempat , saya reguk seluruh keikhlasan yang pernah dipersembahkannya untuk saya. Selagi sisa waktu yang saya punya masih ada, tangannya saya ciumi sepenuh takzim. Saya takut, sungguh takut, tak dapati lagi kesempatan meraih tangannya, meletakannya di kening.

Taubat


Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".(at tahriim : 8)


Dan dari Anas bin Malik radhiallohu ‘anhu beliau berkata: Rosululloh shalallohu ‚alaihi wa sallam bersabda: “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula. (HR Tirmidzi, beliau berkata: “hadits ini hasan”) Wallohu a’lam, semoga sholawat tercurah pada nabi Muhammad.


Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nama-nama dan sifat-Mu. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat syariat Islam yang engkau berikan pada kami. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat diutusnya nabi-Mu Muhammad ‘alaihi sholatu wa sallam yang engkau berikan pada kami. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas anugerah yang engkau berikan pada kami untuk mengikuti jalan para salafushalih. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas anugerah-Mu pada kami berupa ampunan untuk segala dosa, menunjukkan pada perbuatan baik, dan mengampuni segala kesalahan. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat-Mu yang Agung. Ya Alloh segala puji bagi-Mu dan engkaulah yang paling berhak untuk mendapatkan seluruh pujian.

Anugerah Mu



Assalamu'alaikum...

Hari-hari terasa indah saat dan selalu ada disisimu yang telah memperkenalkan aku dengan dunia Nya. inilah kehidupan, inilah keindahan, inilah anugerah dimana duka dan suka selalu menghiasai bak pernak-pernik singgasana Raja.

Alhamdulillah... Di kaki langitMu kureguk mata air keagunganMu. Ridhoilah aku, kami dan mereka yang selalu berjuang dalam perjalanan antara Hitam dan Putih.

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada tuhanmu (Allah) dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya